Vol 16 No 2 (2024): Jurnal Farmasi Indonesia

					Lihat Vol 16 No 2 (2024): Jurnal Farmasi Indonesia

mceclip0-4dd1f098b8ffbdb829782f30fd9522b0.png

JFI Online Volume 16 Nomor 2, Juli 2024

Diterbitkan: 29-07-2024

Pekan Ilmiah Tahunan IAI

  • Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi Masyarakat Untuk Mengikuti Vaksinasi Covid-19 Dosis Lengkap di Kota Makassar

    Risman Harnas, Anshar Saud, Muh. Akbar Bahar
    114-125
    Abstrak: 141 | PDF 114-125: 237

    Abstract

    Pengendalian pandemi COVID-19 dipengaruhi oleh penerimaan vaksin yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan masyarakat untuk menerima vaksin COVID-19 dosis lengkap di kota Makassar. Penelitian cross-sectional menggunakan kuisioner dengan rangkain pertanyaan berupa informasi demografi, persepsi keparahan dan kerentanan terhadap COVID-19, serta hambatan dan manfaat vaksin COVID-19 yang di sebarkan secara daring di Kota Makassar. Analisis mulitivariate logistic regression digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor independen yang mempengaruhi niat masyarakat untuk menerima vaksinasi dosis lengkap (dua dosis). Sebanyak 310 responden berpartisipasi dalam penelitian ini. Responden yang menganggap tingkat keparahan terhadap penyakit yang tinggi (aOR= 3,39; 95% CI: 1,41 – 8,14) memiliki peluang yang lebih tinggi untuk melakukan vaksinasi Covid-19 dosis lengkap dan responden dengan persepsi hambatan akses untuk vaksinasi yang tinggi memiliki peluang yang lebih kecil untuk melakukan vaksinasi COVID-19 dosis lengkap (aOR= 0,18; 95% CI: 0,07 – 0,45). Dalam penelitian ini niat penerimaan vaksinasi COVID-19 dosis lengkap dipengaruhi oleh persepsi mengenai tingkat keparahan penyakit dan hambatan akses vaksin yang dirasakan. Implementasi program imunisasi COVID-19 oleh penyedia pelayanan kesehatan dan pemerintah setempat perlu menerapkan beragam strategi pendidikan vaksinasi COVID-19 yang disesuaikan terhadap keyakinan pasien terhadap kesehatan.

  • Pengembangan Kuesioner PTFKP untuk Mengevaluasi Pelayanan Telefarmasi Berupa Kepuasan Pasien Berdasarkan Mutu Pelayanan WHO

    Larasati Arrum Kusumawardani, Annisa Puspasari, Reza Fadillah Achmad, Azizah Wati
    126-135
    Abstrak: 128 | PDF 126-135: 134

    Abstract

    Telefarmasi merupakan salah satu pelayanan kefarmasian yang saat ini berkembang dan banyak dimanfaatkan masyarakat ataupun fasilitas kesehatan di era digital.  Untuk menjamin kualitas, pelayanan telefarmasi  sebaiknya dapat memenuhi dimensi mutu pelayanan kesehatan. Menurut WHO,  dimensi mutu pelayanan kesehatan terdiri dari efektif, efisien, mudah diakses, berpusat pada pasien, adil, dan aman. Namun, instrumen yang dapat digunakan untuk menilai mutu pelayananan telefarmasi masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kuesioner yang dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan telefarmasi, terutama dari perspektif kepuasan pasien. Pengembangan kuesioner PTFKP (Pelayanan Telefarmasi berdasarkan Kepuasan Pasien)  dilakukan berdasarkan enam dimensi mutu pelayanan WHO. Validasi isi dilakukan dua tahap oleh tiga orang tim ahli berupa akademisi dan apoteker komunitas. Validasi muka, konstruk dan uji reabilitas dilakukan pada 30 responden yang memenuhi kriteria berupa usia >18 tahun dan menggunakan pelayanan telefarmasi dalam 2 tahun terakhir. Uji validitas isi menunjukkan nilai I-CVI 0,71 (putaran pertama) dan I-CVI 1,00 (putaran kedua). Pada validasi konstruk dengan metode CITC (corrected item-total correlation) tahap 1, terdapat 10 pertanyaan yang memiliki nilai r yang belum memenuhi persyaratan. Setelah dilakukan revisi, nilai r setiap pertanyaan memenuhi kriteria  dengan rentang r= 0,378–0,857 (rtabel= 0,361). Uji reabilitas dengan metode konsistensi interal menunjukkan nilai Cronbach’s alpha=0,805-0,900 pada setiap bagian dimensi mutu pelayanan. Jumlah pertanyaan yang valid dan reliabel berjumlah 5 untuk tiap dimensi efektif, efisien, berpusat pada pasien, dan aman, serta berjumlah 4 untuk tiap dimensi aksesibilitas dan adil. Kuesioner memenuhi persyaratan validitas dan rebilitas untuk digunakan dalam evaluasi mutu pelayanan telefarmasi berdasarkan kepuasan pasien.

  • Analisis Hubungan Penggunaan Antibiotik dengan Lama Terapi Pasien Anak Diare Akut di RSUD Soedirman

    Ayu Nissa Ainni; HUsnul Khuluq; Isnaeni Al Khoerotun Nisa
    136-142
    Abstrak: 113 | PDF 136-142: 198

    Abstract

    Diare akut masih menjadi masalah utama yang menyebabkan kematian kedua bagi anak-anak di Indonesia.  Salah satu terapi yang digunakan untuk terapi diare akut dengan infeksi adalah pemberian antibiotik. Jika pemakaian antibiotik tidak rasional akan menimbulkan tingginya efek samping, lama perawatan pasien yang lebih lama sehingga memengaruhi tingginya biaya rumah sakit dan menurunkan kualitas pelayanan rumah sakit. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan penggunaan antibiotik dan lama terapi sehingga mampu menurunkan angka ketidakrasionalan serta memperpendek lama terapi di rumah sakit. Metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian korelasi, dengan pengambilan data secara retrospektif selama Januari – Desember 2022. Data rekam medis pasien meliputi jenis antibiotik dan lama perawatan pada pasien anak diare akut dengan infeksi bakteri di instalasi rawat inap RSUD dr.Soedirman digunakan sebagai bahan penelitian.  Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji korelasi Gamma menggunakan SPSS versi 20. Hasil penelitian ini hampir seluruh pasien (100%) mendapatkan antibiotik dan Seftriaksone (54,29%) merupakan antibiotik yang paling banyak diresepkan baik dalam bentuk tunggal maupun kombinasi. Lama terapi diare akut pada pasien anak dengan antibiotik paling banyak adalah 4 hingga 5 hari (58,57%). Hasil dari uji korelasi Gamma, diperoleh hasil bahwa penggunaan antibiotik dan lama terapi memiliki nilai signifikansi 0,000 (<0,005). Penggunaan antibiotik yang diberikan pada pasien anak diare akut mempunyai hubungan yang signifikan terhadap lama terapi di RSUD dr. Soedirman.

  • Potensi Ekstrak Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) dalam Menghambat Denaturasi Protein secara In Vitro

    Suci Nar Vikasari, Vina Septiani, Dea Julianti Rahajeng
    143-149
    Abstrak: 85 | PDF 143-149 (English): 102

    Abstract

    Inflamasi merupakan respon normal ketika cedera yang ditandai oleh keluarnya protein dan cairan dari pembuluh darah kapiler sehingga terjadi nyeri dan bengkak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas penghambatan denaturasi protein ekstrak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) secara in vitro. Bunga rosela diekstraksi bertingkat dengan maserasi menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol 96%. Pembanding yang digunakan adalah natrium diklofenak. Ekstrak dan pembanding dibuat dalam beberapa seri konsentrasi dan pengujian hambatan denaturasi protein dilakukan terhadap bovine serum albumin (BSA). Parameter yang diukur adalah nilai hambat denaturasi protein tiap konsentrasi dan nilai hambat 50% (IC50). Hasil penellitian menunjukkan ekstrak n-heksana, etil asetat bunga rosela, dan etanol 96% bunga rosela dapat menghambat denaturasi protein. Ekstrak n-heksana bunga rosela memiliki nilai IC50 46,6748µg/mL, ekstrak etil asetat memiliki nilai IC50 225,8391µg/mL dan ekstrak etanol 96% memiliki nilai IC50 191,5105µg/mL, sedangkan natrium diklofenak memiliki nilai IC50 8,5437µg/mL. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak n-heksana, etil asetat, etanol 96% bunga rosela mampu menghambat denaturasi protein dan berpotensi sebagai agen antiinflamasi.

Farmasi Klinis, Farmakologi dan Biomolekuler

  • Pengaruh Diet Tinggi Fruktosa Terhadap Resistensi Insulin Pada Tikus Jantan Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar

    Elis Susilawati, Jutti Levita, Yasmiwar Susilawati, Sri Adi Sumiwi
    150-156
    Abstrak: 97 | PDF 150-156: 72

    Abstract

    Asupan tinggi fruktosa dapat menyebabkan gangguan metabolisme terhadap timbulnya sindrom metabolik dan diabetes melitus tipe 2. Dalam penelitian ini akan disampaikan beberapa dampak yang di dari konsumsi fruktosa. Penelitian ini bertujuan untuk membuat pemodelan hewan uji dengan pemberian fruktosa 60% terhadap resistensi insulin. Metode penelitian menggunakan 8 ekor tikus putih jantan galur Wistar yang dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok normal dan kelompok fruktosa 60%. Parameter yang diamati terhadap bobot badan, kadar glukosa darah, Konstanta Tes Toleransi Insulin (KTTI), kadar adiponektin dan kadar TNF-α serta histologi jaringan adiposa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian fruktosa 60% selama 60 hari menunjukan adanya perbedaan untuk kadar glukosa darah yang dumulai pada hari 30-60, Nilai KTTI kelompok fruktosa lebih kecil dibandingkan kelompok normal, kadar adiponektin kelompok fruktosa lebih kecil dibandingkan kelompok normal , sedangkan  kadar TNF-α kelompok fruktosa lebih besar dibandingkan kelompok normal  dan terjadi pembesaran diameter jaringan adiposa putih dan pengecilan adiposa cokelat  pada kelompok fruktosa, namun belum terjadi perbedaan pada bobot badan. Dapat disimpulkan bahwa pemberian fruktosa 60% selama 60 hari dapat digunakan sebagai pemodelan hewan uji resistensi insulin.

  • Analisis Hubungan Polifarmasi dengan Interaksi Obat Antihipertensi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisis di RSUD Sleman Yogyakarta

    Ghesa Febriyani, Siwi Padmasari
    177-186
    Abstrak: 41 | PDF 177-186: 19

    Abstract

    Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan kondisi kerusakan ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan, sehingga menyebabkan gangguan struktural maupun pada fungsional. Menurut data Riskesdas 2018, jumlah penderita GGK pada usia ≥15 tahun di Indonesia meningkat dari 0,2% pada tahun 2013 menjadi 0,38%. Pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis di instalasi rawat jalan umumnya menerima lebih dari satu jenis obat (polifarmasi), yang berpotensi menimbulkan masalah berupa interaksi antarobat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara polifarmasi dan potensi interaksi obat antihipertensi pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis di RSUD Sleman Yogyakarta pada tahun 2022. Desain penelitian ini menggunakan metode observasional analitik secara retrospektif dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian ini melibatkan 107 pasien rawat jalan yang memenuhi kriteria inklusi. Interaksi obat dianalisis menggunakan instrumen berbasis situs web drugs.com. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien GGK yang menjalani hemodialisis rawat jalan paling banyak berusia 45–54 tahun (34,57%), berjenis kelamin laki-laki (57,00%), memiliki penyakit penyerta (86,91%), menggunakan obat antihipertensi tunggal (53,27%), dan menggunakan kurang dari 5 jenis obat (61,68%). Dari total pasien, 57,94% mengalami interaksi obat, dengan derajat keparahan sedang (90,37%) dan mekanisme interaksi farmakodinamika (73,33%). Kesimpulan penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara polifarmasi dan potensi interaksi obat (p=0,001).

Farmasi Komunitas

  • Evaluasi Waktu Tunggu Resep Elektronik Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit X Kota Tangerang

    Febbyasi Megawaty Rangka, Zanatul Laila, Jessica Novia, Andriyani Andriyani
    157-163
    Abstrak: 128 | PDF 157-163: 131

    Abstract

    Resep elektronik merupakan permintaan obat dari dokter untuk pasien dengan memanfaatkan teknologi perangkat lunak ke farmasi. Pelayanan resep memiliki Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit yaitu waktu tunggu obat non racikan ≤ 30 menit dan obat racikan ≤ 60 menit. SPM waktu tunggu di Rumah Sakit X Kota Tangerang untuk obat non racikan ≤ 8 menit dan obat racikan ≤ 30 menit. Tujuan penelitian untuk mengevaluasi waktu tunggu obat resep elektronik dan faktor yang mempengaruhinya. Metode penelitian deskriptif secara prospektif dengan pengambilan data sampel menggunakan teknik random sampling pada resep elektronik pasien rawat jalan periode April – Mei 2022. Total populasi resep Januari 2022 adalah 750 lembar dan perhitungan sampel menggunakan rumus slovin berjumlah 261 lembar resep.   Hasil penelitian waktu tunggu obat non racikan berjumlah 213 lembar resep dengan waktu ≤ 8 menit adalah 87 lembar resep (40,85 %), sedangkan obat racikan berjumlah 48 lembar resep dengan waktu ≤30 menit adalah 19 lembar resep (39,58%). Faktor yang menyebabkan tidak tercapainya SPM waktu tunggu obat adalah tahap pengambilan obat non racikan (rata-rata 3,11 menit).

  • Hubungan Pengetahuan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Mutiara Tahun 2023

    Nurul Qiyaam, Marlinda Isnaini, Baiq Leny Nopitasari, Baiq lenysia Puspita Anjani
    187-192
    Abstrak: 49 | PDF 187-192: 40

    Abstract

    Skizofrenia adalah penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan tergantung. Pengetahuan keluarga, dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pasien skizofrenia dapat membantu keluarga dalam perawatan pasien skizofrenia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan keluarga dengan kepatuhan minum obat pasien skizofrenia di unit rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Tahun 2023. Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini melibatkan 112 keluarga pasien skizofrenia yang diambil dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling dan dilaksanakan pada bulan Maret 2023. Hasil penelitian ini menunjukan keluarga pasien yang memiliki pengetahuan baik (38,4%), pengetahuan cukup (39,3%) dan kurang (22,3%). Pasien yang patuh minum obat (72,3%) dan tidak patuh minum obat (27,7%). Hasil uji statistik menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan keluarga dengan kepatuhan minum obat pasien skizofrenia p= 0,000 (p < 0,05)