Vol 17 No 1 (2025): Jurnal Farmasi Indonesia

					Lihat Vol 17 No 1 (2025): Jurnal Farmasi Indonesia

mceclip0-4dd1f098b8ffbdb829782f30fd9522b0.png

JFI Online Volume 17 Nomor 1, Januari 2025

Diterbitkan: 31-01-2025

Artikel

  • Optimasi Perolehan dan Karakterisasi Serbuk Mucilago Hibiscus rosa-sinensis L. (MHR) sebagai Binder Tablet

    Imam Prabowo, Iqbal Julian Rianda Pradana Putra, Via Rifkia
    1-8
    Abstrak: 284 | PDF 1-8: 355

    Abstract

    Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi perolehan serbuk MHR karena penelitian yang dilakukan oleh Shah dan Patel di 2010 yang masih sangat kecil yaitu di kisaran 8%. Optimasi dilakukan dengan memvariasikan waktu perendaman dan pemanasan kemudian melakukan karakterisasi serbuk MHR untuk menguji apakah serbuk MHR merupakan kandidat yang baik sebagai binder tablet. Uji karakterisasi yang dilakukan adalah uji organoleptik, distribusi ukuran partikel, identifikasi polisakarida, swelling ratio, kelarutan, sifat alir, viskositas, dan kadar air. Perolehan serbuk MHR yang paling optimal berada di waktu perendaman 1 jam dan waktu pemanasan 6 jam dengan hasil 11,50 ± 1,40%. Hasil karakterisasi dari serbuk MHR antara lain: uji organoleptis serbuk MHR adalah coklat muda, berbau khas seperti jamu dan tidak berasa, uji distribusi ukuran partikel berada di kisaran 100-400 mikron dengan persentase partikel terbanyak ada di ukuran 186 μm, swelling ratio berada di 23,47 ± 0,41, uji identifikasi polisakarida positif, kelarutan berada di 0,000426±0,000034, viskositas berada di angka 4520 ± 1224,42. Secara garis besar, serbuk MHR merupakan kandidat potensial sebagai binder tablet terbukti dari formulasi tablet yang menggunakan serbuk MHR sebagai binder memiliki hasil kekerasan, keregasan dan waktu disintegrasi tablet yang tidak berbeda signifikan dengan formulasi yang menggunakan Avicel PH102.

  • Optimasi Metode Ekstraksi Microwave Assisted Extraction Biji Markisa (Passiflora edulis Sims) terhadap Aktivitas Antioksidan

    Virsa Handayani, Muh. Alif Noor Fauzan, Alifah Rifa Nadya, Harti Widiastuti, Abd. Malik, Aktsar Roskiana Ahmad
    9-14
    Abstrak: 245 | PDF 9-14: 178

    Abstract

    Markisa (Passiflora edulis Sims.) merupakan tumbuhan yang menjalar berasal dari luar negeri, tergolong ke dalam tanaman genus Passiflora. Biji markisa ungu (Passiflora edulis Sims) telah digunakan secara luas, penggunaan biji buah markisa ungu (Passiflora edulis Sims) dalam pengobatan tradisional adalah sebagai antioksidan, anti inflamasi, antipiretik, aktivitas analgesik dan hipotensi. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui optimasi aktivitas antioksidan minyak biji markisa (Passiflora edulis Sims) dengan metode peredaman radikal bebas 2,2 Difenil 1 Pikrilhidrazil (DPPH). Metode ekstraksi yang digunakan adalah Microwave Assisted Extraction (MAE) menggunakan pelarut n-Heksan dengan variasi suhu dan waktu. Hasil penelitian diperoleh IC50 dari minyak biji markisa yaitu pada suhu low (20°C) di waktu 10 menit sebesar 14.58µg/mL dan waktu 20 menit sebesar 7.144µg/mL, pada suhu medium low (36°C) di waktu 10 menit sebesar 4.67 µg/mL dan waktu 20 menit sebesar 2.68µg/mL, pada suhu medium (95°C) di waktu 10 menit sebesar 4.46µg/mL dan waktu 20 menit sebesar 2.26µg/mL.

  • Analisis Persepsi Kemampuan Mahasiswa dengan Asesmen Mandiri dalam Pembelajaran Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Saiful Anwar

    Rani Nur Badriyah, Vicky Puspitasari , Reta Anggraeni Widya
    15-22
    Abstrak: 211 | PDF 15-22: 121

    Abstract

    Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) merupakan proses pembelajaran yang dirancang untuk membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan dasar dalam pelayanan kefarmasian. Persepsi mahasiswa merupakan aspek penting yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum PKPA di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Saiful Anwar. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengevaluasi kemampuan dasar mahasiswa dalam pelayanan kefarmasian selama proses PKPA. Persepsi mahasiswa dinilai melalui asesmen mandiri dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 7 pertanyaan, yaitu mengenai kemampuan rekonsiliasi obat, analisis kesesuaian obat, analisis pemilihan obat, analisis Drug Related Problems (DRP), penyiapan obat, Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), serta Pemantauan Terapi Obat (PTO) sebelum PKPA dimulai (Pre) dan setelah PKPA selesai (Post) pada 76 mahasiswa. Hasil asesmen mandiri memberikan hasil dalam kategori melebihi ekspektasi (86,2%), namun terdapat beberapa kemampuan yang menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan, yaitu analisis kesesuaian obat dan KIE. Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa memiliki persepsi positif terhadap kemampuan mereka dalam pelayanan kefarmasian secara keseluruhan, meskipun perlu dilakukan penilaian lebih lanjut untuk menguji kesesuaian antara persepsi dan kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa.

  • Efektivitas Antibakteri Krim Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum) Terhadap Beberapa Bakteri

    Renaldy Renaldy, Elsa Trinovita, Dewi Klarita Furtuna, Fatmaria Fatmaria, Oktaviani Naulita Turnip
    23-35
    Abstrak: 425 | PDF 23-35: 247

    Abstract

    Prevalensi penyakit infeksi meningkat pada negara berkembang seperti Indonesia sehingga menjadi masalah kesehatan. Salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah necrotizing fasciitis. Necrotizing fasciitis ditandai dengan nekrosis jaringan subkutan dan fascia. Terapi antibiotik merupakan salah satu cara untuk mencegah pertumbuhan serta perkembangan bakteri, namun dengan penggunaan secara terus menerus dapat menyebabkan resistensi terhadap bakteri. Daun sirih merah (Piper crocatum) sebagai salah satu terapi alternatif berbahan alam yang banyak ditemukan di Indonesia dan dapat digunakan sebagai antibakteri. Tujuan penelitian ini guna mengetahui efektifitas antibakteri ekstrak daun sirih merah dalam sediaan krim terhadap aktivitas pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan metode pelat parit. Daun sirih merah diekstraksi menggunakan metode UAE (suhu 600 C selama 15 menit), kemudian dibuat dalam bentuk sediaan krim dengan formulasi konsentrasi 20% ekstrak (F1), konsentrasi 40% ekstrak (F2) dan konsentrasi 80% ekstrak (F3) lalu dilakukan uji evaluasi sediaan krim dan uji aktivitas antibakteri dengan metode pelat parit. Sediaan krim ekstrak daun sirih merah memiliki aktivitas antibakteri dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan metode pelat parit, namun tidak memiliki aktivitas antiakteri pada bakteri Escherichia coli.

  • Aktivitas Antibakteri Minyak Biji Anggur terhadap Staphylococcus epidermidis dalam Sediaan Krim

    Ririn Puspadewi, Wulan Anggreani, Agny Vardha Faradilla
    36-44
    Abstrak: 162 | PDF 36-44: 125

    Abstract

    Biji anggur mengandung lemak tak jenuh yaitu asam linoleat sebanyak 75% dan vitamin E yang berkontribusi terhadap ketahanannya terhadap oksidasi dan sering dipilih untuk digunakan di bidang kosmetik, kuliner, farmasi, dan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas minyak biji anggur (Vitis vinifera L.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis dalam sediaan krim. Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu pemeriksaan minyak biji anggur secara organoleptik, pembuatan formula krim minyak biji anggur serta evaluasinya, pengujian aktivitas antibakteri dengan metode difusi cakram. Sediaan krim antijerawat yang mengandung minyak biji anggur dibuat sebanyak 4 formula yaitu F0 (tanpa minyak biji anggur), F1 (24%), F2 (30%) dan F3 (36%). Semua formula sediaan selama penyimpanan tidak mengalami perubahan bentuk, bau, warna dan homogenitasnya sedangkan pH dan viskositas mengalami perubahan selama penyimpanan. Sediaan krim minyak biji anggur membentuk krim yang stabil dari hasil freeze and thaw menunjukan tidak mengalami perubahan globul dengan ukuran <50μm. Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri, formula terbaik adalah F3 dengan memberikan penghambatan terbesar terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis. Minyak biji anggur dalam sediaan krim dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis.

  • Potensi Pengembangan Antioksidan/Antidiabetes Turunan Piridazinon sebagai Agen yang Menjanjikan untuk Terapi Penyakit Diabetes: Review

    Yuni Fatisa, Neni Frimayanti, Hilwan Yuda Teruna, Jasril Jasril
    45-66
    Abstrak: 215 | PDF 45-66: 167

    Abstract

    Hiperglikemia dapat menginduksi stress oksidatif yang dapat berkembang kearah patogenesis komplikasi diabetes. Strategi pengobatan biasanya menggunakan obat antidiabetes dan antioksidan untuk membantu mengelola diabetes pada pasien. Penemuan obat dengan sifat dual aktivitas akan bekerja pada dua target sekaligus dan dapat meminimalkan efek samping. Review ini bertujuan untuk menganalisis potensi pengembangan agen baru antidiabetes dan antioksidan dari senyawa turunan piridazinon. Metodologi studi literatur review menggunakan teknik Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analysis (PRISMA). Pencarian database elektronik dilakukan melalui Google Scholar, PubMed, dan Science Direct untuk mendapatkan literatur-literatur yang relevan sampai tahun 2024. Kriteria inklusi adalah turunan piridazinon sebagai antidiabetes dan antioksidan menggunakan uji in silico, in vitro, dan in vivo. Sebanyak 24 jurnal original research telah dianalisis untuk pembahasan review ini. Hasil review menemukan bahwa senyawa turunan piridazinon berpotensi sebagai inhibitor α-Glukosidase, antihiperglikemik, dan inhibitor aldosa reduktase dengan tingkat aktivitas sedang-kuat. Beberapa studi juga menemukan bahwa turunan piridazinon bersifat antioksidan. Hasil ini didukung oleh hasil prediksi melalui studi pendekatan molecular docking. Terdapat hubungan yang erat antara gugus-gugus aktif terikat cincin piridazinon dengan kekuatan efek farmakologisnya. Namun, hanya ada dua studi yang melaporkan turunan piridazinon yang memiliki sifat antidiabetes dan antioksidan sekaligus. Review ini membuka peluang untuk potensi pengembangan turunan piridazinon dengan dual bioaktivitas. Selain itu, penelitian lebih luas dan dalam dengan modifikasi struktur turunan piridazinon sebagai kandidat agen terapi bagi pasien diabetes perlu dilanjutkan.

  • Sintesis dan Kajian Docking Molekular Senyawa 2’-Hidroksicalkon dan Flavonol Tersubstitusi Dimetoksi sebagai Inhibitor Kompleks NS2B-NS3 Serine Protease pada Virus Dengue-2 (DENV-2)

    Ihsan Ikhtiarudin, Neni Frimayanti, Rudi Hendra, Hilwan Yuda Teruna, Fatma Rahim, Enda Mora, Abdi Wira Septama
    67-81
    Abstrak: 153 | PDF 67-81: 160

    Abstract

    Eksplorasi senyawa-senyawa yang potensial sebagai antivirus dengue adalah salah satu upaya yang harus dipertimbangkan, karena belum ditemukannya terapi spesifik dengan obat antivirus yang efektif dalam mengobati pasien demam berdarah dengue (DBD). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mensintesis dan mengeksplorasi potensi dari senyawa (E)-3-(2,5-dimetoksifenil)-1-(2-hidroksifenil)prop-2-en-1-on (senyawa 1) dan (2-(2,5-dimetoksifenil)-3-hidroksi-4H-kromen-4-on) (senyawa 2) sebagai inhibitor kompleks NS2B-NS3 serine protease DENV-2. Sintesis senyawa 1 dan 2 dilakukan dengan metode pengadukan menggunakan magnetic stirrer. Struktur kedua senyawa hasil sintesis telah dikonfirmasi melalui analisis spektroskopi UV-Vis, FT-IR, dan 1H NMR. Penambatan molekular dilakukan menggunakan kompleks NS2B-NS3 (PDB ID: 2FOM) sebagai reseptor. Senyawa 1 dan 2 diperoleh masing-masing dengan rendemen 21,11 % dan 66,84 %. Berdasarkan kajian penambatan molekular, senyawa 2 memiliki nilai energi bebas ikatan yang lebih negatif dibandingkan dengan senyawa 1 maupun panduratin A sebagai inhibitor pembanding. Senyawa 2 teramati dapat terikat pada catalytic triad kompleks NS2B-NS3 (His51, Asp75, Ser135) dan juga dapat membentuk ikatan hidrogen dengan Gly153. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa senyawa 1 dan 2 dapat disintesis dengan metode pengadukan dan senyawa 2 diprediksi memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai inhibitor kompleks NS2B-NS3 serine protease DENV-2.

  • Implementasi Lean Hospital dalam Menurunkan Waktu Tunggu Obat Pasien Rawat Jalan Instalasi Farmasi RSUD Dr Saiful Anwar (RSSA) Jawa Timur

    Indri Widyastuti, Reta Anggraeni Widya, Rif'atul Hamidah, Vina Risnawati
    82-92
    Abstrak: 317 | PDF 82-92: 125

    Abstract

    Belum tercapainya standar pelayanan minimal (SPM) waktu tunggu pelayanan obat (26,16%) dan masih sedikitnya pemnggunaan fasilitas pengantaran obat gratis RAOS SAE mendorong Instalasi Farmasi melakukan perbaikan di Unit Pelayanan Farmasi (UPF) Rawat Jalan JKN dengan pendekatan lean hospital. Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan waktu tunggu obat pasien rawat jalan JKN dengan menggunakan konsep lean hospital. Penelitian ini menggunakan desain action research dengan pendekatan Participatory action research (PAR). Data diperoleh dengan cara observasi, dan wawancara, kemudian dianalisis dengan membandingkan waktu tunggu telaah resep dan waktu pelayanan obat sebelum dan sesudah perbaikan dengan uji komparasi independent t-test. Ada 4 waste yang diselesaikan dari 8 waste yang berhasil diidentifikasi, yaitu alur petugas dan resep tidak sesuai dengan proses (motion dan transportation), waktu tunggu telaah resep lama (waiting), dan petugas tidak dapat bekerja karena sistem online berjalan lambat (Non Uti Talent). Hasil implementasi dapat menurunkan waktu tunggu telaah  dari 73 menit menjadi 61 menit, dan  rerata waktu tunggu pelayanan obat dari 101 menit menjadi 63 menit. Meskipun secara statistik waktu tunggu telaah tidak berbeda signifikan sebelum dan sesudah perbaikan p>0,05 (p=0,057), namun kegiatan ini mampu meningkatkan penggunaan RAOS SAE, menurunkan angka over time pegawai di UPF Rawat Jalan JKN. Penerapan lean hospital dapat menurunkan waktu tunggu obat meskipun belum mencapai SPM. Banyak faktor di luar Instalasi Farmasi yang tidak dapat dikendalikan yang menyebabkan penurunan tidak signifikan. Sehingga perlu dilakukan tindak lanjut perbaikan untuk mencapai standar yang telah ditetapkan.

  • Pengembangan Instrumen Penilaian Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Swamedikasi Batuk Versi Bahasa Indonesia

    Nisa Maria, Elvina Apriani, Kartika Citra Dewi Permata Sari
    93-105
    Abstrak: 199 | PDF 93-105: 115

    Abstract

    Batuk merupakan keluhan yang sering ditangani masyarakat dengan swamedikasi. Perilaku swamedikasi dapat dibentuk dari proses perolehan pengetahuan dan pembentukan persepsi/sikap. Pengembangan instrumen ini bertujuan memperoleh kuesioner berbahasa Indonesia yang valid dan reliable untuk mengukur tingkat dan hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku swamedikasi batuk pada pasien dewasa. Penyusunan kuesioner dilakukan berdasarkan studi literatur dan dikembangkan sesuai konsep dagusibu serta tatalaksana batuk. Tiga orang apoteker dari akademisi dan komunitas menjadi validator dalam tahapan uji validasi muka dan validasi isi. Uji validasi konstruk dan reliabilitas diperoleh dari 30 responden usia dewasa yang pernah melakukan swamedikasi batuk di area Jabodetabek. Validasi isi dilakukan dengan 2 tahap, hasil uji tahap 1 memiliki skor S-CVI 0,93 dengan 26 pertanyaan memiliki nilai I-CVI < 0,79 sehingga dilakukan validasi tahap 2 yang memenuhi skor I-CVI dan S-CVI. Total pertanyaan hasil validasi isi adalah 143 pertanyaan terdiri dari 6 bagian. Validasi konstruk juga dilakukan 2 tahap untuk menghasilkan kuesioner yang valid dan reliabel. Kuesioner akhir memiliki 137 pertanyaan yang terdiri dari bagian A-B (8 pertanyaan) untuk data diri dan sosiodemografi; bagian C (30 pertanyaan) terkait profil swamedikasi; bagian D (36 pertanyaan) tentang pengetahuan dengan skala Guttman 3 poin; bagian E (30 pertanyaan) terkait sikap dengan skala Likert 5 poin; dan bagian F (33 pertanyaan) tentang perilaku dengan skala Guttman 2 poin. Pada bagian D-F terdapat pertanyaan yang bersifat favourable dan unfavourable. Kuesioner yang disusun telah memenuhi kriteria instrumen yang memiliki validitas dan reliabilitas baik untuk pengisian mandiri oleh responden di Indonesia.

  • Analisis Ketersediaan Obat pada Sebelum dan Selama Pandemi COVID-19 di RSUD Bali Mandara Provinsi Bali

    Eme Stepani Sitepu, Dumilah Ayuningtyas, Purnawan Junadi, Satibi Satibi, Rizki Daniel
    106-115
    Abstrak: 191 | PDF 106-115: 80

    Abstract

    Ketersediaan obat perlu dijamin untuk memenuhi kebutuhan pasien baik dari sisi jumlah maupun jenisnya. Hal ini dapat terwujud jika pengelolaan obat di rumah sakit dilakukan dengan efektif dan efisien. Faktor - faktor yang mempengaruhinya antara lain kesesuaian metode perencanaan, pengadaan obat, ketersediaan pada e-katalog, kompetensi sumber daya manusia yang baik serta kecukupan anggaran. Tantangan pada situasi pandemi COVID-19 tahun 2020 adanya pembatasan aktivitas berdampak mempengaruhi distribusi obat serta bahan bakunya sedangkan permintaan obat meningkat. Ketersediaan obat menjadi tantangan baik pada sebelum maupun selama masa pandemi COVID-19.  Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat ketersediaan obat pada periode sebelum dan selama pandemi COVID-19 di Rumah Sakit Umum Provinsi Bali Mandara. Penelitian ini dilakukan pada September – Desember 2023 menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengambilan data secara retrospektif berupa data pemakaian, stok, serta pengadaan obat pada tahun 2019 hingga 2022. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada kejadian stok obat kurang baik pada tahun 2019-2022. Namun terjadi peningkatan persentase jumlah ketersediaan obat dengan kategori aman untuk kebutuhan 12-18 bulan selama tahun 2019 hingga 2022 sebesar 42,5%; 44,4%; 69,1%; dan 65,7%. Masih terdapat stok berlebihan diatas 18 bulan meskipun persentasenya menurun yaitu 37,9%; 26,2%; 21,6% dan 28,8%. Penurunan item obat dengan tingkat ketersediaan lebih dari 60 bulan berturut-turut sebanyak 15,7%; 8,6%; 7,0% dan 4,1%. Terdapat obat kadaluwarsa sebelum maupun selama pandemi COVID-19 namun terjadi penurunan nilainya dari Rp. 370.221.269,27 tahun 2019 hingga Rp.93.787.747,28 tahun 2022. Kesimpulan: IFRS mampu memenuhi kebutuhan obat sebelum maupun selama masa pandemi COVID-19 ditunjukkan tidak ada kejadian stok obat kurang. Namun perlu dilakukan pengelolaan obat lebih efisien, karena masih ada obat tanpa pemakaian dalam setahun serta obat kadaluwarsa meskipun persentasenya menurun selama pandemi COVID-19.

  • Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Potentially Inappropriate Medications (PIMs) pada Pasien Geriatri Rawat Inap RSUD Dr. Soedomo Trenggalek

    Esti Ambar Widyaningrum, Fara Nikhmatul Rizky, Renny Nur Satya Irawati, Shofiatul Fajriyah, Fentyana Dwi Rilawati, Evi Kurniawati, Tri Puji Lestari
    116-128
    Abstrak: 160 | PDF 116-128: 82

    Abstract

    Pasien geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multipenyakit. Pasien geriatri memiliki komorbid lebih banyak dan sering menerima resep polifarmasi. PIMs sudah banyak terindentifikasi pada pasien usia lanjut. Salah satu kriteria eksplisit yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kejadian PIMs pada pasien geriatri yaitu Beers Criteria. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui frekuensi kejadian PIMs dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian PIMs berdasarkan Beers Criteria pada pasien geriatri rawat inap RSUD Dr. Soedomo Trenggalek. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dengan pendekatan analitik observasional yang bersifat retrospektif. Teknik sampling yang digunakan adalah secara purposive sampling dengan jumlah sampel sebesar 312 rekam medik. Kriteria inklusi : usia ≥ 65 tahun dan eksklusi data rekam medik tidak lengkap. Profil karakteristik yang terbanyak yaitu jenis kelamin laki-laki (62%), berusia lanjut (65-74 tahun) sebanyak 69%, jenis layanan BPJS (87%), penyakit utama dengan sistem kardiovaskular (31%), jumlah penyakit sejumlah 2 (43%) dan jumlah obat 6-10 obat (50%). Terdapat kejadian PIMs sebesar 78,53%. Faktor jenis kelamin, usia, jenis layanan, diagnosis utama memiliki p value ≥ 0,05 sedangkan jumlah penyakit dan obat memiliki p value ≤ 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat kejadian PIMs pada pasien geriatri rawat inap sebasar 78,53% dengan faktor jumlah penyakit dan jumlah obat mempengaruhi kejadian PIMs pada pasien geriatri rawat inap.

  • Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Soedirman Tahun 2022

    Rahmatia Candra Dewi, Ayu Nissa Ainni, Chondrosuro Miyarso, Tri Cahyani Widiatuti
    129-142
    Abstrak: 118 | PDF 129-142: 144

    Abstract

    Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kondisi kronis ketika jantung tidak dapat memompa darah sebagaimana mestinya. Penyakit penyerta dan penggunaan obat polifarmasi dalam pengobatan Congestive Heart Failure (CHF) merupakan salah satu faktor resiko yang menjadi pemicu terjadinya Drugs Related Problems (DRPS). Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) di instalasi rawat inap RSUD Dr. Soedirman Kebumen tahun 2022. Penelitian ini merupakan penelitian non ekserimental secara deskriptif dengan metode retrospektif. Analisis DRPs dilakukan berdasarkan jenis DRPs yang ditemukan dengan menggunakan acuan Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) V9.0 kemudian dibandingkan dengan Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung tahun 2020. Hasil Penelitian diperoleh dari 110 pasien terdapat 49 kejadian DRPs yang meliputi gejala atau indikasi yang tidak diobati sebanyak 26 kejadian (21,14%), dosis obat terlalu tinggi sebanyak 16 kejadian (13,01%), obat tanpa indikasi sebanyak 4 kejadian (3,25%), duplikasi dari kelompok terapeutik atau bahan aktif yang tidak tepat sebanyak 3 kejadian (2,44%) dan dosis terlalu rendah sebanyak 0 kejadian (0%). Berdasarkan klasifikasi PCNE V9.0 kategori penyebab dan masalah DRPs yang paling banyak terjadi di RSUD Dr. Soedirman Kebumen Tahun 2022 yaitu gejala atau indikasi yang tidak diobati. Rekomendasi, perlunya melakukan evaluasi mengenai DRPs pada pasien CHF dengan mengamati potensi efek samping secara prospektif.

  • Potensi Ekstrak Etil Asetat Batang Bajakah Tampala sebagai Tabir Surya

    Erna Tri Wulandari, Dominica Bungadea, Rizka Sauqi Cholisna
    143-152
    Abstrak: 133 | PDF 143-152: 61

    Abstract

    Saat ini bahan alam banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan tabir surya. Batang Bajakah Tampala (Spatholobus littoralis Hassk.) memiliki kandungan senyawa fenol, terutama flavonoid.  Flavonoid mempunyai gugus kromofor yang dapat menyerap sinar ultraviolet (UV) A dan ultraviolet (UV) B dan menangkap radikal bebas akibat paparan sinar UV serta larut oleh etil asetat. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti potensi ekstrak etil asetat batang Bajakah Tampala sebagai tabir surya secara in vitro dengan mengukur nilai SPF (Sun Protection Factor) dan aktivitas antioksidan  serta kandungan fenolik total, terutama flavonoid. Penelitian diawali dengan ekstraksi serbuk batang Bajakah Tampala menggunakan metode sokletasi kemudian nilai SPF ekstrak kering diukur dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Aktivitas antioksidan diuji menggunakan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl). Metode Folin-Ciocalteau digunakan untuk menetapkan kadar fenolik total (mg ekuivalen asam galat [GAE] per gram ekstrak).  Kadar flavonoid total diukur secara kolorimetri dengan reagen AlCl3 (mg ekuivalen kuersetin [QE] per gram ekstrak). Pada penelitian ini didapatkan ekstrak batang Bajakah Tampala mengandung fenolik total 51,73 mg GAE/g ekstrak, flavonoid total 17,91 mg QE/g ekstrak, nilai SPF sebesar 5,53 dan memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 159,17 μg/mL. Ekstrak etil asetat batang Bajakah Tampala memiliki potensi sebagai tabir surya karena adanya kandungan fenolik terutama flavonoid dan bersifat antioksidan.

  • Evaluasi Pelayanan Swamedikasi oleh Tenaga Teknis Kefarmasian di Apotek X Kota Tangerang

    Febbyasi Megawaty Rangka, Selvina Sinurat, Andriyania Andriyania, Jessica Novia, Sri Wahyu Ningsih Munthe
    153-163
    Abstrak: 131 | PDF 153-163: 85

    Abstract

    Swamedikasi atau pengobatan secara mandiri merupakan salah satu cara untuk mengobati penyakit yang dialami tanpa resep dokter. Keterbatasan pengetahuan Masyarakat mengenai obat dapat menyebabkan kesalahan pengobatan (medication error) dari pemilihan obat, dosis obat dan cara penggunaan obat. Penyalahgunaan obat (drug abuse) dan penggunaan obat tidak tepat (drug misuse) sering karena masyarakat tidak mendapatkan edukasi atau tenaga kefarmasian salah memberikan rekomendasi obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan pelayanan swamedikasi oleh TTK di Apotek X Kota Tangerang dan rekomendasi obat yang diberikan. Metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif prospektif. Data diperoleh melalui observasi langsung menggunakan formulir terhadap pelayanan swamedikasi oleh 6 TTK selama 30 hari kerja mulai 1 Februari hingga 2 Maret 2021. Sampel berjumlah 105 konsumen yang membeli obat tanpa resep dokter dan data dianalisis secara deskriptif menggunakan Microsoft Excel dengan perhitingan persentase. Hasil penelitian diperoleh karateristik konsumen didominasi oleh pria 55.24% dan usia dewasa 26 – 45 tahun 46.67%. Pelaksanaan swamedikasi yang tidak dilakukan 100% adalah cara penggunaan obat 55,23% dan penyimpanan obat 0%. Keluhan terbanyak adalah batuk kering 20 kasus (19,05%) disertai flu 10 kasus, pilek 6 kasus gatal tenggorokan 3 kasus dan maag 1 kasus. Ketidaksesuaian rekomendasi obat terjadi pada keluhan batuk kering yaitu obat yang memiliki kandungan guaifenesin indikasi untuk batuk berdahak pada 9 kasus dan batuk berdahak pada kandungan dextromethorphan HBr pada 1 kasus yang merupakan antitusif yang dapat menghambat refleks batuk untuk mengeluarkan dahak. Hal ini menunjukkan kurangnya pemahaman TTK terhadap komposisi obat sesuai keluhan dan indiksai obat. Pelayanan swamedikasi TTK perlu ditingkatkan terutama aspek edukasi penyimpanan obat dan rekomendasi obat berdasaekan keluhan untuk meminimalikan kesalahan pengobatan serta meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di tingkat komunitas.

  • Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol, Etil Asetat, dan N-heksan Tangkai Daun Kemumu (Colocasia gigantea Hook.f) secara in vitro terhadap Sel Makrofag Peritoneum

    Devahimer Harsep Rosi, Abrar Hafidz Qalbi, Tika Afriani
    164-177
    Abstrak: 82 | PDF 164-177: 40

    Abstract

    Tangkai daun kemumu (Colocasia Gigantea Hook.F) merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat pada masyarakat, salah satunya sebagai antiinflamasi. Inflamasi merupakan proses dalam tubuh untuk merespon infeksi atau kerusakan jaringan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas antiinflamasi ekstrak etanol, n-heksan, dan etil asetat tangkai daun kemumu secara in vitro. Tangkai daun kemumu mengandung flavonoid, alkaloid, dan tannin yang berkhasiat sebagai antiinflamasi. Pengujian efektivitas antiinflamasi dilakukan pada sel makrofag peritoneum untuk mengetahui penghambatan produksi NO pada sel makrofag peritoneum yang terstimulasi LPS diuji dengan kuantifikasi akumulasi nitrit dalam medium kultur menggunakan reagen Griess. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 5 perlakuan dosis pada setiap ekstrak dengan 3 kali replikasi. Parameter yang diamati meliputi produksi NO yang dihasilkan dan persentase inhibisi sel makrofag peritoneum. Hasil uji statistik menggunakan One Way Anova terlihat perbedaan kadar NO yang signifikan antara kelompok sampel yang diberi ekstrak dengan sampel kontrol (p=0,000). Dari hasil persentase inhibisi produksi NO sel makrofag peritoneum menunjukkan bahwa ekstrak etanol tangkai daun kemumu dengan konsentrasi 50 dan 100 µg/ml memiliki efek antiinflamasi paling baik, yaitu dengan produksi NO masing-masing adalah 4,67 dan 1,44 µg/ml, dan dengan penghambatan masing-masing 80,32% dan 89,01%.