Vol 15 No 2 (2023): Jurnal Farmasi Indonesia

					Lihat Vol 15 No 2 (2023): Jurnal Farmasi Indonesia

 

Diterbitkan: 31-07-2023

Artikel

  • Analisis Pengelolaan Obat di Puskesmas Margamulya Kecamatan Bekasi Utara Tahun 2021

    Taufiq Indra Rukmana, Putri Nusaiba, Eme Stepani Sitepu
    101-113
    Abstrak: 1001 | PDF 101-113 (Bahasa Indonesia) (English): 1353

    Abstract

    Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) masih memiliki kendala dalam pengelolaan obat, terutama pada ketersediaan obat, penyimpanan, dan pengendalian persediaan obat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian pengelolaan obat di Puskesmas Margamulya tahun 2021 terhadap standar indikator pengelolaan obat. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif observasional. Pengumpulan data dilakukan secara dengan penelusuran data sekunder (retrospective), observasi langsung (concurrent), dan wawancara. Data yang terkumpul lalu dianalisis dengan 26 indikator pengelolaan obat. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengelolaan obat di Puskesmas Margamulya memenuhi 9 indikator, tapi tidak memenuhi 15 indikator jika dibandingkan dengan standar. Selain itu, 2 indikator tidak dapat dianalisis karena kurangnya data. Oleh karena itu, perlu dilakukan peninjauan kembali aspek pengendalian persediaan obat, peningkatkan jumlah, soft skill dan pengetahuan petugas farmasi dalam pelayanan kefarmasian, dan penerapan sistem informasi manajemen di puskesmas tersebut.

  • HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN OBAT GASTRITIS YANG DIIKLANKAN DI TELEVISI TERHADAP PERILAKU SWAMEDIKASI MASYARAKAT DI APOTEK SE-KECAMATAN BANGKINANG KOTA PROVINSI RIAU

    Fina Aryani, Soufie Aryani, Septi Muharni
    114-121
    Abstrak: 805 | PDF 114-121 (Bahasa Indonesia) (English): 842

    Abstract

    Gastritis adalah kondisi dimana meningkatnya produksi asam di lambung yang dapat menyebabkan iritasi. Untuk mengatasi gastritis, pasien dapat melakukan swamedikasi (pengobatan sendiri). Adapun faktor yang berpengaruh dalam swamedikasi yakni sumber informasi seperti iklan di televisi. Perilaku swamedikasi memerlukan pengetahuan agar pengobatan aman dan rasional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan obat gastritis yang diiklankan di televisi terhadap perilaku swamedikasi di apotek se-Kecamatan Bangkinang Kota Provinsi Riau. Jenis penelitian adalah observasional, metode deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional serta pengambilan data secara concurrent. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 110 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,000 yang artinya adanya hubungan tingkat pengetahuan obat gastritis yang diiklankan di televisi terhadap perilaku swamedikasi masyarakat di apotek se-Kecamatan Bangkinang Kota Provinsi Riau.

  • THE Analisis Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan berobat Pasien Tuberkulosis di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB Analisis Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan berobat Pasien Tuberkulosis di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB

    Lalu Jupriadi, Dita Retno Pratiwi, Dodiy Firmansyah, Tri Dian Pujiastutik
    122-125
    Abstrak: 628 | PDF 122-125 (Bahasa Indonesia) (English): 657

    Abstract

    Abstrak:

    Latar Belakang: Penyakit Tuberkulosis (TB) hingga saat ini masih menjadi masalah yang harus diatasi dimasyarakat, program pengobatan dan pedoman penanggulangan juga sudah dijalani oleh pemerintah untuk menangani kasus ini sesuai dengan standar nasional. Hal ini karena masih tinggi angka ketidak patuhan berobat pada pasien TB. Salah satu penyebab tingginya angka kejadian tuberkulosis karena pengetahuan, dalam hal ini tingkat pengetahuan seseorang memiliki hubungan dengan kepatuhan minum obat anti tuberculosis. Jumlah penderita Tuberculosis Paru terus meningkat dari tahun 2020 sampai dengan tahun 2022. Hal ini karena masih tinggi angka ketidak patuhan berobat pada pasien Tuberkulosis (TB). Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang menginfeksi secara laten ataupun progresif menyerang paru-paru. Tujuan:  Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan tingkat pengeta.huan pasien tuberkuosis mengenai tuberculosis dengan kepatuhan berobat pasien tuberkulosis paru rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2022. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan Cross Sectional Study. Populasi: pada penelitian ini menggunakan populasi adalah pasien dengan Tuberkulosis Paru rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan jumlah sampel sebanyak 57 responden. Alat ukur yang digunakan berupa kuisioner dan form TB 01. Analisis data menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil: penelitian ini menunjukkan ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan berobat (p=0.025). Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan berobat pada pasien Tuberculosis Paru rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2022.

    Kata kunci: Tuberkulosis,  Tingkat Pengetahuan, Kepatuhan

     

  • Aktivitas Antibakteri dan Antijamur Fraksi Etil Asetat Kulit Buah Jeruk Manis (Citrus sinensis (L.) Osbeck)

    Melzi Octaviani, Lidiatil Masnun, Musyirna Rahmah Nasution, Emma Susanti, Rahayu Utami, Mustika Furi
    126-133
    Abstrak: 704 | PDF 126-133 (Bahasa Indonesia) (English): 768

    Abstract

    Jeruk manis (Citrus sinensis (L.) Osbeck) merupakan salah satu buah yang digemari masyarakat. Bagian dari jeruk manis yang dikonsumsi adalah daging buahnya saja, sedangkan kulit buah jeruk hanya dibuang dan tidak dimanfaatkan. Kulit buah jeruk manis mengandung beberapa metabolit sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, fenol, saponin dan steroid yang berkhasiat sebagai antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi fraksi etil asetat kulit buah jeruk manis terhadap aktivitas antibakteri dan antijamur pada bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli, Salmonella typhi serta jamur Candida albicans dengan metode difusi cakram. Fraksi etil asetat dibuat beberapa seri konsentrasi yaitu 50%; 25%; 12,5%; 6,25%; 3,125% dan 1,5625% b/v. Hasil yang didapat adalah semua seri konsentrasi fraksi etil asetat memberikan aktivitas dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi. Seri konsentrasi 3,125% sampai 50% memiliki aktivitas dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan jamur Candida albicans. Hasil analisis data menggunakan statistik one way ANOVA menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri dan antijamur antara seri konsentrasi berbeda signifikan (p<0,05) dengan kontrol negatif.

  • Ciplukan (Physalis angulata L.): Review Tanaman Liar yang Berpotensi Sebagai Tanaman Obat

    Haiyul Fadhli, Shinta Liana Ruska, Mustika Furi, Wira Noviana Suhery, Emma Susanti, Musyirna Rahmah Nasution
    134-141
    Abstrak: 2292 | PDF 134-141 (Bahasa Indonesia) (English): 6776

    Abstract

    Ciplukan (Physalis angulata L.) telah banyak digunakan sebagai obat tradisional di beberapa negara dan berbagai daerah di Indonesia seperti untuk menambah darah, menghilangkan pegal linu, asma, kencing manis, cacar air, obat batuk, demam, diare, hipertensi, dan juga sakit pinggang. Artikel ini merupakan suatu review tentang potensi ciplukan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan. Penyusunan review artikel ini menggunakan referensi dari artikel penelitian yang berkaitan dengan hasil skrining fitokimia, isolasi metabolit sekunder, dan uji aktivitas biologis (farmakologi) tumbuhan Physalis angulata yang dilaporkan dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir. Tanaman ini mengandung banyak senyawa metabolit sekunder yang telah diisolasi dari akar, daun, batang dan buahnya seperti senyawa Physalin, Withanolida dan Flavonoid Glikosida. Beberapa penelitian juga telah melaporkan bahwa tanaman ini memiliki aktivitas biologi dan farmakologi seperti antioksidan, toksisitas, antikanker, antiinflamasi, antidiabetes, antidiare, antibakteri, antifibrotik dan antihiperkolesterolemia.

  • Pengembangan Metode Analisis Sitrinin dan Upaya Penurunan Produksi Sitrinin dalam Fermentasi Cair Monascus purpureus

    Catur Jatmika, Prof. Marlia Singgih , Amir Musadad
    142-148
    Abstrak: 415 | PDF 142-148 (Bahasa Indonesia) (English): 392

    Abstract

    Sitrinin, suatu senyawa berfluorosensi pencemar sejumlah hasil pertanian, merupakan senyawa toksik terutama pada ginjal dan hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode analisis sitrinin secara KCKT dan menurunkan kadar sitrinin dalam ekstrak kaldu hasil fermentasi Monascus purpureus secara mikrobiologi. Metode ekstraksi sitrinin dari kaldu fermentasi dioptimasi dengan berbagai pH dan pelarut pengekstraksi. Ekstrak sitrinin diinkubasi dengan bakteri Bacillus firmus pada berbagai fase pertumbuhan. Kadar sitrinin dalam ekstrak menurun secara signifikan setelah diinkubasi selama 24 jam dengan bakteri tersebut. Hasil penelitian menunjukkan sitrinin dapat dianalisis dengan sistem KCKT detektor fluorosensi pada λeks 330 nm dan λemisi 500 nm, fasa gerak asam fosfat 0,033 M : asetonitril (1 : 1), laju alir 1 mL/menit dengan waktu retensi rata-rata 6,1 menit. Perolehan kembali berada pada rentang 78-83%. Presisi metode ini tercermin pada nilai koefisien variansi 1,3 %, batas deteksi 0,03 µg/mL dan batas kuantitasi 0,11 µg/mL. Linearitas dinyatakan dengan koefisien korelasi (r) 0,9996 dan koefisien variasi fungsi regresi (Vx0) sebesar 1,3%. Kadar ekstrak sitrinin adalah 0,69 µg/mL. Kadar sitrinin setelah diinkubasi dengan media nutrient broth, biakan bakteri usia 5 jam, 9 jam, dan 14 jam berturut-turut adalah 0,56 ± 0,03, 0,27 ± 0,02, 0,26 ± 0,01, dan 0,24 ± 0,01 µg/mL. Inkubasi bakteri Bacillus firmus pada ekstrak sitrinin secara signifikan menurunkan kadar sitrinin dalam ekstrak.

  • GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU

    Husnawati Husnawati; Atriwida Sastrawati, Erniza Pratiwi, Cindy Oktaviana Laia
    149-157
    Abstrak: 715 | PDF 149-157: 1275

    Abstract

    Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian, atau campuran dari bahan tersebut secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan. Salah satu pengobatan tradisional yang dilakukan oleh masyarakat yaitu untuk pengobatan hipertensi.Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan penggunaan obat tradisional hipertensi pada penderita hipertensi. Adapun manfaat dari penelitian ini yakni dapat mengetahui tingkat pengetahuan penderita hipertensi dalam menggunakan obat tradisional hipertensi. Rancangan dalam penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode deskriptif. Sampel dari penelitian ini adalah penderita hipertensi yang menggunakan obat tradisional hipertensi yang berada di Kabupaten Pelalawan yang memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan Data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa gambaran tingkat pengetahuan responden dalam menggunakan obat tradisional hipertensi secara umum dikategorikan baik yaitu sebanyak 77%, tingkat pengetahuan responden pada kategori cukup yaitu sebanyak 20% dan sebanyak 3% memiliki tingkat pengetahuan kurang.

  • Gambaran Penggunaan Antipsikotik Terhadap Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Kota Indramayu

    Dona Suzana, Ayu Febriyani
    158-169
    Abstrak: 332 | PDF 158-169 (English) (English): 247

    Abstract

    Skizofrenia merupakan penyakit gangguan kejiwaan yang ditandai dengan gangguan proses berpikir, persepsi, respon emosional, dan interaksi sosial. Terapi yang biasa digunakan dalam pengobatan skizofrenia adalah antipsikotik atau obat golongan psikotropika. Penggunaan obat golongan psikotropika merupakan langkah awal dalam mengatasi dan menindak lanjuti penyakit gangguan mental.. Adapun objek penelitian ini yaitu beberapa rumah sakit yang menangani pasien dengan penyakit gangguan kejiwaan yaitu skizofrenia. Dimana subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pria/wanita dengan skizofrenia pada usia 18 hingga 60 tahun di kota Indramayu yang menjalani pengobatan di rumah sakit tersebut dengan periode tahun 2020-2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan golongan antipsikotik yang digunakan sebagai salah satu terapi farmakologi pasien. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif, adapun penentuan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rumus perhitungan slovin, dengan populasi sebesar 875 dan sampel yang diperoleh 274 sampel. Hasil yang didapatkan berdasarkan persentase jenis kelamin yang paling banyak adalah pasien laki-laki (62,4%), persentase rentang usia tertinggi didapatkan pada masa dewasa awal (70,8%), diagnosa tertinggi yaitu skizofrenia YTT (46%). Kemudian didapatkan pasien dengan riwayat tidak sekolah (63,5%) dan riwayat tidak bekerja (88,3%). Sebgaian besar pada data yang didapatkan merupakan pasien yang memiliki kekambuhan ringan sebesar 62%. Adapun banyaknya riwayat pasien dengan kekambuhan ringan atau tidak terlalu signifikan, hal ini bisa dipengaruhi faktor penunjang keberhasilan pengobaan yaitu penggunaan asuransi, pendapat ini diperoleh dari data status pembayaran pasien, dimana status pembayaran yang paling banyak digunakan adalah dengan penggunaan asuransi sebesar 82,1%. Pada data penggunaan .antipsikotik tunggal yang paling banyak digunakan disetiap tipe skizofrenia adalah antipsikotik haloperidol dan kombinasi yang paling banyak digunakan adalah haloperidol-chlorpromazin.

  • Analisis Kebutuhan Formulasi Kebijakan Program Pengembangan Karier Apoteker Non Aparatur Sipil Negara

    Rasta Naya Pratita, Adang Bachtiar, Desak Ketut Ernawati
    170-178
    Abstrak: 453 | PDF 170-178: 489

    Abstract

    Derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh kualitas pelayanan kesehatan. WHO menyatakan bahwa 80% keberhasilan pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh kuantitas dan kualitas SDM kesehatan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 30 ayat (1) menyebutkan bahwa Pengembangan Tenaga Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu dan karier Tenaga Kesehatan. Salah satu masalah strategis SDM kesehatan adalah pengembangan karier. Sampai saat ini belum ada regulasi yang mengatur pengembangan karier tenaga kesehatan non ASN khususnya bagi Apoteker, serta belum ada sinkronisasi program pengembangan karier Apoteker yang dimiliki oleh organisasi profesi Apoteker dengan Pemerintah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif terkait proses formulasi kebijakan dan analisis stakeholder. Data yang digunakan adalah data sekunder dari telaah dokumen dan data primer diperoleh dengan wawancara mendalam kepada para informan terpilih.

    Hasil penelitian menunjukkan seluruh stakeholder mendukung dan berkomitmen pada program pengembangan karier Apoteker. Organisasi profesi Apoteker bersama pemerintah dinilai menjadi aktor yang paling bertanggungjawab dalam pelaksanaan kebijakan ini. Pola yang diharapkan sesuai untuk pengembangan karier tenaga kesehatan non ASN bagi Apoteker adalah melalui sertifikasi kompetensi dan program pendidikan spesialisasi. Namun, Proses interaksi dan advokasi antar stakeholder masih belum maksimal antara pihak regulator dan pihak organisasi profesi, serta pihak user/payer belum banyak tersosialisasi terkait program pengembangan karier tenaga kesehatan non ASN bagi Apoteker. Sehingga, perlu peningkatan koordinasi dan Kerjasama antar stakeholder dan organisasi profesi

    Kata kunci: formulasi kebijakan, pengembangan karier, apoteker

     

  • HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN TABLET HISAP ANTIBIOTIK PADA MASYARAKAT KECAMATAN BEKASI SELATAN

    Sherly Tandi Arrang, Raymunda Widia Kimla Ningrum, Yohanes Eko Adi Prasetyanto
    179-187
    Abstrak: 662 | PDF 179-187: 591

    Abstract

    Infeksi adalah penyakit yang yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, atau protozoa dan dapat terjadi pada semua usia. Obat yang berfungsi untuk mengobati infeksi karena bakteri disebut sebagai antibiotik. Kurangnya pengetahuan masyarakat dapat mendorong perilaku penggunaan antibiotik yang tidak rasional, dan berujung pada resistensi bakteri terhadap antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku penggunaan antibiotik merek X serta hubungan antara jenis kelamin, usia, pendidikan, pendapatan, dan pengetahuan dengan perilaku penggunaan antibiotik merek X pada masyarakat Kecamatan Bekasi Selatan. Penelitian ini merupakan studi observasional dengan metode cross sectional. Alat ukur dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disebarkan kepada responden menggunakan google formulir. Analisis hubungan antara jenis kelamin, pendidikan, pendapatan dan pengetahuan dengan perilaku dilakukan menggunakan Chi Square Test, sedangkan untuk analisis hubungan usia dengan perilaku menggunakan One Way ANOVA. Penelitian dilakukan kepada 384 responden. Mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki jemis kelamin perempuan (62,5%), berusia antara 17-25 tahun (56,5%), memiliki pendidikan terakhir SMA/SMK (54,2%), dan mempunyai pendapatan dibawah Rp. 2.500.000 dalam setiap bulannya (56%). Tingkat pengetahuan responden dengan kategori tinggi sebesar 57,3% dan perilaku responden dengan kategori rasional sebesar 50,5%. Faktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan tablet hisap antibiotik adalah pendidikan (p=0,000), pendapatan (0,003), dan pengetahuan (p=0,000), sedangkan jenis kelamin (p=0,562) dan usia (p=0,280) tidak memiliki hubungan dengan perilaku penggunaan tablet hisap antibiotik merek X.

  • Formulasi dan Evaluasi Granul Mukoadhesif Amoksisilin trihidrat dengan Polimer Kitosan

    Rosmawati, Eka Pebi Hartianty, Ashfar Kurnia, Siti Mardiyanti
    188-194
    Abstrak: 1407 | PDF 188-194: 3439

    Abstract

    Acute respiratory infection (ARI) is a respiratory infection that causes disruption of normal respiratory activities. Amoxicillin is the antibiotic of first choice that is generally given to patients with ARI. Compliance in the use of antibiotics for less than five days will determine the success of therapy so that the frequency of drug use also affects patient compliance in taking medication. Granule mucoadhesive amoxicillin trihydrate formula is designed with the addition of chitosan polymer is expected to keep the granule in the stomach longer, so as to reduce the frequency of taking the drug. Granule mucoadhesive amoxicillin trihydrate formula with the addition of chitosan polymer is formulated by wet granulation method. The evaluation results showed an increase in the concentration of chitosan in the formula indicating a longer drug release profile, in formula 6 with 40% chitosan concentration, it could maintain drug release by 41% for 6 hours of testing. Drug release kinetics from formulas 1, 3, 4, and 5 followed higuchi release kinetics, formula 2 followed zero-order release kinetics and formula 6 followed first-order release kinetics.

  • UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA EKSTRAK ETANOL DAN FRAKSI DAUN TERAP (Artocarpus odoratissimus Blanco)

    Mustika Furi, Robby Feriansyah, Haiyul Fadhli, Rahayu Utami, Putri Lestari
    195-205
    Abstrak: 729 | PDF 195-204: 1392

    Abstract

    Tumbuhan dari genus Artocarpus diketahui mengandung senyawa fenolik dan flavonoid yang berpotensi sebagai antioksidan dan tabir surya. Terap termasuk salah satu tumbuhan genus Artocarpus, yang memiliki nama latin Artocarpus odorratissimus Blanco. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi aktivitas antioksidan dan tabir surya dari ekstrak etanol dan fraksi daun terap. Pengujian dilakukan secara in vitro, uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH dengan alat Microplate Reader dan uji aktivitas tabir surya menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis. Hasil uji aktivitas antioksidan memiliki kategori sangat kuat dengan nilai IC50 44,04 µg/mL pada ekstrak etanol, 42,9 µg/mL pada fraksi etil asetat, dan 36,49 µg/mL pada fraksi n-butanol dan kategori sedang pada fraksi n-heksan dengan nilai IC50 168,31 µg/mL. Hasil uji aktivitas tabir surya terbaik dari ekstrak dan fraksi daun terap terdapat pada fraksi etil asetat pada konsentrasi 500; 250; 200; dan 150 μg/mL, memiliki nilai %Te dan %Tp ˂1% dikategorikan kedalam sunblock dengan nilai SPF 39,45; 37,36; 33,27; dan 26,14 dengan kategori proteksi ultra.